Review Artikel Jurnal: Pemanfaatan Perangkat Lunak Open Source "SLiMS" Untuk Repository Perguruan Tinggi

Review Jurnal: Pemanfaatan Perangkat Lunak Open Source 'SLiMS' Untuk Repository Perguruan Tinggi
Review Artikel Jurnal Pemanfaatan SLiMS - Morrotaruna.blogspot.com
Selamat sore semua, bagaimana kabar kalian? baik? alhamdulillah semoga kalian akan selalu baik-baik saja, karena saya sendiri sedang tidak baik-baik saja. Sekarang saya akan mereview sebuah artikel jurnal yang isinya sebenarnya relevan dengan konten-konten yang dimiliki oleh blog ini, yakni teknologi.

Artikel jurnal yang hari ini saya akan sampaikan berjudul "Pemanfaatan Perangkat Lunak Open Source 'SLiMS' Untuk Repository Perguruan Tinggi" yang dimuat di dalam jurnal "Studia Informatika: Jurnal Sistem Informasi" pada tahun 2016, jurnal tersebut merupakan salah satu jurnal yang dimiliki oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Linknya dapat dilihat disini

Artikel tersebut dibuat untuk menggambarkan bagaimana pemanfaatan SLiMS untuk repository di lingkungan perguruan tinggi seluruh Indonesia, karena SLiMS dianggap telah layak untuk digunakan sebagai repository perguruan tinggi dan beberapa alasan lainnya. Penasaran bagaimana reviewnya? Cekidot!


    Pengertian SLiMS


    Logo SLiMS
    Logo SLiMS - Morrotaruna.blogspot.com

    Sebelum lanjut ke review artikel jurnal, sebaiknya saya jelaskan apa sih SLiMS?

    Senayan Library Management System atau yang dikenal sebagai SLiMS, adalah sebuah software sistem manajemen perpustakaan, atau bahasa kerennya Library Management System berlisensi GPL v3 yang GRATIS. SLiMS pertama kali dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) menggunakan PHP, MySQL, dan Git.

    SLiMS, pada saat ini telah menjadi Library Management System yang paling banyak digunakan oleh perpustakaan di Indonesia, karena penggunaan yang dianggap mudah oleh banyak orang khususnya oleh para pustakawan yang menggunakan software tersebut setiap hari. Ditambah lagi sifat software tersebut yang merupakan software open access yang GRATIS.

    Pembahasan

    1. Pendahuluan

    Perkembangan TIK saat ini sangat pesat dan memberikan banyak kontribusi besar di berbagai bidang khususnya perguruan tinggi. Di dalam suatu perguruan tinggi pasti akan memiliki suatu repository yang digunakan untuk menampung hasil dari segala penelitian yang ada di lingkungan kampus serta yang dilakukan oleh para civitas akademika kampus tersebut sesuai dengan SE (Surat Edaran) dari DirjenDikti Nomor 152/E/T/2012 tentang publikasi karya ilmiah dimana seluruh mahasiswa yang ingin lulus S1 sampai S3 wajib membuat karya ilmiah dan dipublikasikan dalam repository perguruan tinggi tersebut.

    Oleh karena itu, untuk memudahkan akses, penyebarluasan, hingga penggunaan berbagai karya ilmiah tersebut dibutuhkan sebuah aplikasi repository perguruan tinggi. Intinya, penggunaan aplikasi repository itu agar karya ilmiah civitas akademika tersedia di Internet dan dapat diakses dimana saja dengan mudah. Dokumen-dokumen yang akan diterbitkan adalah makalah, jurnal, buku, artikel, dll. serta dokumen-dokumen yang tidak diterbitkan seperti  disertasi doktor, tesis, dan pra-cetak, 

    Untuk mendirikan suatu repository institusi perguruan tinggi, terdapat hal-hal yang wajib menjadi pertimbangan, yakni:
    1. Hardware: Server PC, Jaringan internet, dll.
    2. Software: Software repository berbasis open source, OS
    3. Staf yang berpengalaman: SDM yang dapat mengoperasikan, mengelola, hingga mengembangkan repository perguruan tinggi
    4. Isi: Tesis, Disertasi, Laporan, dll.
    5. Perpetual Lisensi: hak yang diberikan oleh penulis untuk melestarikan dan mendistribusikan hasil kerja mereka di dalam repository.

    2. Software-software Repository yang Tersedia

    Saat ini, ada beberapa software repository yang tersedia dan digunakan oleh sebagian besar perguruan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia, seperti:
    1. DSpace, yakni software open source untuk repository institusi yang dibuat oleh HP Labs & Perpustakaan MIT pada November 2002.
    2. Eprints, yakni software open source untuk pembuatan repository yang kompatibel dengan Open Archives Initiative Protocol Metadata Harvesting (OAI-PMH) dan dibuat oleh University of Southhampton pada tahun 2000.
    3. SLiMS, yakni software open source buatan lokal, canggih, topmarkotop, cintailah produk-produk Indonesia lah pokoknya. software ini dibuat oleh tim dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

    3. Permasalahan

    Saat ini, terdapat beberapa permasalahan yang ada dan diangkat di dalam penelitian ini, yakni:
    1. Terdapat kesenjangan antara perguruan tinggi pengguna software repository SLiMS dengan yang menggunakan produk luar negeri di Webometric dan direktori Open DOAR Indonesia.
    2. Apakah SLiMS telah layak untuk digunakan sebagai software repository di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia?
    3. Bagaimana cara untuk memilih software repository yang opensource namun tetap mudah digunakan, dikelola, dan disebarluaskan karya ilmiah di dalamnya.

    4. Daftar Software Repository di Perguruan Tinggi di Indonesia

    Daftar Software Repository di Perguruan Tinggi di Indonesia 1
    Daftar Software Repository di Perguruan Tinggi di Indonesia 2
    Daftar Software Repository di Perguruan Tinggi di Indonesia 3
    Daftar Software Repository di Perguruan Tinggi di Indonesia 4
    Tabel Daftar Software Repository Perguruan Tinggi di Indonesia - Morrotaruna.blogspot.com
    Total
    Total Pengguna - Morrotaruna.blogspot.com
    Grafik Data - Morrotaruna.blogspot.com
    Menurut tabel dan grafik yang ada diatas, dapat diketahui bahwa 57,14% institusi perguruan tinggi menggunakan Eprints, lalu 26,98% perguruan tinggi menggunakan software repository yang tidak dapat ditentukan, lalu 14,29% perguruan tinggi menggunakan DSpace, dan hanya 1,59% perguruan tinggi yang menggunakan SLiMS sebagai software repository perguruan tinggi miliknya.

    5. Kelebihan dan Kekurangan SLiMS

    a. Kelebihan SLiMS dibandingkan Eprints dan DSpace

    1. Memiliki fasilitas-fasilitas seperti manajemen keanggotaan, layanan sirkulasi,  penyiangan, fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak,  katalogisasi serta online public access catalog (OPAC), cetak barcode (baik barcode anggota maupun barcode buku),
    2. SLiMS dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman interpreter.
    3. SLiMS dikembangkan oleh SDM lokal, sehingga memberikan keuntungan bagi perpustakaan dan pengguna SLiMS, yakni SLiMS dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna di Tanah Air. 
    4. Instalasi Mudah dilakukan.
    5. SLiMS memiliki fitur yang berfungsi untuk membagikan koleksi ke media sosial dan akun google

    b. Kekurangan SLiMS

    1. Kompatibilitas web browser Untuk mengakses SLiMS.  Browser yang mampu membuka website yang menggunakan aplikasi ini dengan baik hanya sedikit. developer dari SLiMS lebih merekomendasikan menggunakan firefox saat membuka SLiMS karena jika menggunakan browser selain firefox tampilan SLiMS kemungkinan akan ditampilkan secara tidak sempurna.

    Kesimpulan


    Dari review yang membosankan dan panjang bangeeet itu, saya dapat menyimpulkan bahwa:
    Penggunaan SLiMS dalam repository perguruan tinggi di Indonesia pada saat artikel jurnal ini terbit sangat rendah
    Lalu
    SLiMS telah layak digunakan sebagai repository perguruan tinggi karena telah support OAI PMH, merupakan open source, dan standar metadata yang sama dengan yang Eprints dan DSpace.
    Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun SLiMS telah memberikan berbagai hal baik seperti itu namun kebanyakan perguruan tinggi masih belum menggunakan SLiMS sebagai software repository milik mereka. Dan kesimpulan yang paling utamanya adalah:
    Masyarakat Indonesia banyak yang tak cinta produk-produk Indonesia

    Posting Komentar

    4 Komentar